Galaksi
http://id.wikipedia.org/wiki/Galaksi
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya
gravitasi yang terdiri atas
bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain
bintang neutron dan
lubang hitam),
gas dan
debu medium antarbintang, dan
materi gelap–komponen yang penting namun belum begitu dimengerti. Kata galaksi berasal dari bahasa
Yunani galaxias (γαλαξίας), yang berarti "seperti susu," yang merujuk pada galaksi
Bima Sakti (
bahasa Inggris:
Milky Way [jalan susu]). Galaksi yang ada berkisar dari
galaksi katai dengan hanya sepuluh juta (10
7) bintang
] hingga galaksi raksasa dengan seratus triliun (10
14) bintang, yang semuanya mengorbit pada
pusat massa galaksi masing-masing.
Matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi
Bima Sakti;
tata surya termasuk bumi dan semua benda yang mengorbit Matahari.
Tiap galaksi memiliki jumlah
sistem bintang dan
gugus bintang yang beragam, demikian juga jenis
awan antarbintangnya. Di antara galaksi-galaksi ini tersebar
medium antarbintang berupa gas, debu, dan
sinar kosmis.
Lubang hitam supermasif terdapat di pusat sebagian besar galaksi. Diperkirakan lubang hitam supermasif inilah penyebab utama
inti galaksi aktif yang ditemukan pada sebagian galaksi. Galaksi Bima Sakti diketahui memiliki setidaknya satu lubang hitam supermasif.
Secara historis galaksi dikelompokkan berdasarkan bentuk terlihatnya
atau biasa disebut morfologi visualnya. Bentuk yang umum adalah
galaksi eliptis, yang memiliki profil cahaya berbentuk elips.
Galaksi spiral
adalah galaksi berbentuk cakram dengan lengan galaksi yang melengkunng
dan berisi debu. Galaksi dengan bentuk yang tak beraturan atau tidak
biasa disebut
galaksi tak beraturan
dan biasanya disebabkan karena gangguan oleh tarikan gravitasi galaksi
tetangga. Interaksi yang demikian antara galaksi-galaksi yang berdekatan
dapat menyebabkan penggabungan, yang terkadang meningkatkan jumlah
pembentukan bintang hingga menghasilkan
galaksi starburst.
Kemungkinan terdapat lebih dari 170 miliar (
1,7 × 1011) galaksi dalam
alam semesta teramati. Sebagian besar berdiameter 1000 hingga 100.000
parsec dan biasanya dipisahkan oleh jarak beberapa juta parsec (atau megaparsec).
Ruang antargalaksi diisi oleh gas tipis dengan kerapatan massa kurang dari satu
atom per
meter kubik. Sebagian besar galaksi diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki himpunan yang disebut
kelompok dan gugus, yang pada gilirannya membentuk himpunan yang lebih besar yang disebut
gugus raksasa. Dalam
skala terbesar himpunan-himpunan ini umumnya tersusun dalam
lapisan dan untaian yang dikelilingi oleh kehampaan yang sangat luas.
Meskipun belum dipahami secara menyeluruh,
materi gelap kemungkinan menyusun sekitar 90% dari
massa sebagian besar galaksi.
[rujukan?] Data pengamatan menunjukkan
lubang hitam supermasif kemungkinan ada di pusat dari banyak (kalau tidak semua) galaksi.
Etimologi
Kata
galaksi berasal dari istilah
bahasa Yunani untuk menyebut
galaksi kita,
galaxias (γαλαξίας) atau
kyklos galaktikos (κύκλος γαλακτικός). Masing-masing berarti "sesuatu yang menyerupai susu" dan "lingkaran susu", sesuai dengan penampakannya di angkasa berupa pita putih samar. Dalam
mitologi Yunani,
Zeus menempatkan anak laki-lakinya yang dilahirkan oleh manusia biasa, bayi
Heracles, pada payudara
Hera
ketika Hera sedang tidur sehingga bayi tersebut meminum susunya dan
karena itu menjadi manusia abadi. Hera terbangun ketika sedang menyusui
dan kemudian menyadari ia sedang menyusui bayi yang tak dikenalnya: ia
mendorong bayi tersebut dan air susunya menyembur mewarnai langit malam,
menghasilkan pita cahaya tipis yang dikenal dalam bahasa Inggris
sebagai
Milky Way (jalan susu).
Ketika
William Herschel menyusun
katalog nebulanya pada tahun 1786, dia menggunakan istilah "
nebula spiral" untuk objek-objek tertentu seperti objek
M31.
Di kemudian waktu akan disadari bahwa objek tersebut sebenarnya
merupakan kumpulan dari banyak bintang, dan dipakailah istilah "
island universe" ("alam semesta pulau") untuk merujuk pada objek yang demikian. Namun, kemudian disadari bahwa kata "
universe"
(alam semesta) berarti keseluruhan jagad raya, sehingga istilah ini
tidak dipakai lagi dan objek yang demikian kemudian dikenal sebagai
galaksi.
Sejarah pengamatan
Pengetahuan bahwa kita hidup di dalam sebuah galaksi dan bahwa
terdapat banyak galaksi lainnya, diperoleh seiring dengan
penemuan-penemuan kita tentang Bima Sakti dan
nebula-nebula lainnya di langit malam.
Bima Sakti
Filsuf Yunani Democritus
(450–370 SM) mengemukakan bahwa pita kabut putih di langit malam hari
yang dikenal sebagai Bima Sakti kemungkinan terdiri dari bintang-bintang
yang sangat jauh jaraknya. Namun
Aristoteles
(384–322 SM), memercayai bahwa pita tersebut disebabkan oleh "kobaran
hembusan napas yang menyala-nyala dari banyak bintang besar yang
berjarak dekat satu sama lain" dan bahwa "kobaran ini terjadi di bagian
atas atmosfer, yaitu di wilayah
dunia yang selalu diisi dengan gerakan surgawi." Filsuf
neoplatonis Olympiodorus Junior (± 495–570) kritis terhadap pandangan ini secara ilmiah, beralasan bahwa jika memang benar Bima Sakti berada di wilayah
sublunar
(terletak antara bumi dan bulan), maka harusnya ia terlihat berbeda
pada waktu dan tempat yang berbeda di bumi, dan ia seharusnya memiliki
paralaks,
yang ternyata tidak. Dalam pandangannya, Bima Sakti terletak jauh di
angkasa. Pendapat ini akan sangat berpengaruh nantinya di dalam
dunia Islam.
Menurut Mohani Muhammad,
astronom Arab Ibnu Haitham (965–1037) adalah orang yang melakukan usaha-usaha pertama dalam mengamati dan mengukur paralaks Bima Sakti,
dan ia menjadi "berkeyakinan kuat bahwa karena Bima Sakti tidak
memiliki paralaks, pastilah jaraknya sangat jauh dari bumi dan bukannya
berada dalam atmosfer."Astronom
Persia Al-Biruni
(973–1048) mengemukakan bahwa Bima Sakti merupakan "kumpulan yang tak
terhitung jumlahnya dari bagian-bagian yang bersifat seperti bintang
nebula."
] Astronom
Andalusia Ibnu Bajjah (dikenal di barat dengan nama latin "
Avempace",
meninggal 1138) mengemukakan bahwa Bima Sakti dibentuk oleh banyak
bintang yang saling hampir bersentuhan satu dengan yang lain sehingga
tampak menjadi seperti gambar sinambung akibat pengaruh
pembiasan dari material
sublunar, mengutip hasil pengamatannya terhadap
konjungsi antara Jupiter dan Mars sebagai bukti bahwa hal tersebut dapat terjadi jika dua objek saling berdekatan.
] Pada abad ke-14, ilmuwan kelahiran Suriah
Ibnu Qayyim,
mengemukakan bahwa Bima Sakti merupakan "bintang-bintang kecil yang tak
terhitung jumlahnya saling berdesakan dalam alam bintang-bintang
tetap".
Bukti nyata bahwa Bima Sakti terdiri atas banyak bintang, datang pada tahun 1610 ketika astronom Italia
Galileo Galilei menggunakan sebuah
teleskop
untuk mempelajari Bima Sakti dan menemukan bahwa Bima Sakti tersusun
atas bintang-bintang redup dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.Pada tahun 1750 astronom Inggris
Thomas Wright, dalam bukunya
An original theory or new hypothesis of the Universe
(Teori asli atau hipotesis baru tentang Alam Semesta), berspekulasi
(namun benar) bahwa Bima Sakti kemungkinan adalah sebuah badan berputar
dari bintang-bintang dalam jumlah besar yang diikat oleh
gaya gravitasi,
serupa dengan tata surya namun dalam skala yang jauh lebih besar.
Piringan bintang yang dihasilkan dapat terlihat sebagai pita di langit
dari sudut pandang kita dalam piringan tersebut.
] Dalam risalah pada tahun 1755,
Immanuel Kant mengembangkan ide Wright tentang struktur Bima Sakti.
Bentuk Bima Sakti yang disimpulkan dari hitungan bintang oleh William
Herscel pada tahun 1785; tata surya dianggap berada di dekat pusat
galaksi.
Usaha pertama untuk menggambarkan bentuk Bima Sakti dan letak
matahari di dalamnya dilakukan oleh
William Herschel
pada tahun 1785 dengan cara menghitung secara hati-hati jumlah bintang
yang ada di berbagai wilayah langit yang beda. Dia menghasilkan sebuah
diagram bentuk Bima Sakti dengan tata surya terletak dekat dengan
pusatnya. Menggunakan pendekatan yang lebih baik,
Jacobus Kapteyn
pada tahun 1920 sampai pada kesimpulan berupa sebuah gambar galaksi
elipsoid kecil (dengan garis tengah kira-kira 15 kiloparsec) dengan
matahari terletak dekat dengan pusat galaksi. Metode yang berbeda oleh
Harlow Shapley berdasarkan pengatalogan
gugus bola
menghasilkan gambar yang sangat jauh berbeda: sebuah piringan pipih
dengan garis tengah kira-kira 70 kiloparsec dan matahari terletak jauh
dari pusat galaksi. Kedua analisis tersebut gagal memperhitungkan
penyerapan cahaya oleh
debu antarbintang yang ada di
bidang galaksi, namun setelah
Robert Julius Trumpler menghitung efek ini pada tahun 1930 dengan mempelajari
gugus terbuka, gambaran terkini galaksi tuan rumah kita, Bima Sakti, terlahir.
Pembedaan dari nebula lainnya
Pada abad ke-10, astronom Persia
As-Sufi membuat pengamatan yang tercatat paling awal terhadap
galaksi Andromeda, menggambarkannya sebagai "awan kecil". As-Sufi yang menerbitkan temuannya dalam
Kitab Bintang-Bintang Tetap pada tahun 964, juga mengenali
Awan Magellan Besar yang dapat dilihat dari
Yaman, walau bukan dari
Isfahan; dan galaksi ini tidak akan dilihat oleh orang Eropa hingga perjalanan
Magellan pada abad ke-16. Galaksi Andromeda ditemukan kembali secara terpisah oleh
Simon Marius pada tahun 1612.
]
Hanya kedua galaksi inilah galaksi di luar Bima Sakti yang mudah
dilihat dengan mata telanjang, menjadikan keduanya sebagai
galaksi-galaksi pertama yang diamati dari bumi. Pada tahun 1750
Thomas Wright dalam bukunya
An original theory or new hypothesis of the Universe
(Teori asli atau hipotesis baru tentang Alam Semesta), berspekulasi
(namun benar) bahwa Bima Sakti adalah sebuah badan berputar dari
bintang-bintang, dan bahwa beberapa nebula yang tampak di malam hari
bisa jadi merupakan Bima Sakti yang lain.
]
Menuju akhir abad ke-18,
Charles Messier menghimpun sebuah
katalog
yang berisi 109 nebula (objek angkasa dengan tampilan berkabut) yang
paling terang, yang kemudian diikuti dengan sebuah katalog yang lebih
besar yang berisi 5.000 nebula disusun oleh William Herschel
] Pada tahun 1845,
Lord Rosse
membangun sebuah teleskop baru yang mampu membedakan nebula elips dan
spiral. Dia juga berhasil membedakan titik-titik sumber cahaya tunggal
di beberapa nebula ini
]
Pada tahun 1912
Vesto Slipher
membuat penelitian dengan spektrografi terhadap nebula-nebula spiral
paling terang untuk menentukan apakah mereka terbuat dari bahan-bahan
kimia yang diharapkan ada dalam sebuah sistem planet. Namun Slipher
menemukan bahwa nebula spiral memiliki geseran merah yang tinggi,
menunjukkan bahwa mereka sedang bergerak menjauh dengan kecepatan yang
lebih tinggi dari
kecepatan lepas
Bima Sakti. Karena itu disimpulkan bahwa galaksi-galaksi tersebut tidak
terikat secara gravitasi pada Bima Sakti dan kecil kemungkinannya
merupakan bagian dari Bima Sakti.
Pada tahun 1917,
Heber Curtis mengamati bahwa terdapat sebuah bintang baru,
S Andromedae, dalam "Nebula
Andromeda Besar" (sebagaimana Galaksi Andromeda,
Objek Messier M31
dikenal saat itu). Dengan mencari rekaman foto, dia menemukan 11
bintang baru lainnya. Curtis memperhatikan bahwa bintang-bintang baru
ini rata-rata 10
magnitudo
lebih redup dibandingkan dengan bintang-bintang baru yang muncul di
galaksi kita. Sebagai hasilnya dia dapat menghitung perkiraan jaraknya
adalah 150,000
parsec. Dia menjadi pendukung hipotesis yang disebut "
island universes" yang beranggapan bahwa nebula spiral sebenarnya adalah galaksi tersendiri.
Foto "Nebula Andromeda Besar" dari tahun 1899, yang kemudian dikenal sebagai
Galaksi Andromeda
Pada tahun 1920, apa yang disebut
"Debat Besar" terjadi antara
Harlow Shapley and
Heber Curtis
mengenai sifat Bima Sakti, nebula spiral dan dimensi alam semesta.
Untuk mendukung klaimnya yang menyatakan Nebula Andromeda Besar
merupakan sebuah galaksi luar, Curtis menunjukkan bukti berupa munculnya
jalur-jalur gelap menyerupai awan debu yang terdapat pada Bima Sakti
dan juga
pergeseran Doppler yang cukup besar.
Permasalahan tersebut terselesaikan dengan pasti pada tahun 1922 ketika astronom
Estonia Ernst Öpik
memberikan penentuan jarak yang mendukung teori bahwa Nebula Andromeda
adalah benar merupakan sebuah objek luar galaksi yang jauh.
] Dengan menggunakan teleskop 100 inci baru milik
Observatorium Gunung Wilson,
Edwin Hubble
berhasil menentukan bahwa bagian luar sebagian nebula spiral merupakan
kumpulan dari bintang-bintang tunggal dan mengidentifikasi beberapa
Bintang variabel Chepeid,
yang memungkinkannya memperkirakan jarak nebula-nebula tersebut: mereka
terlalu sangat jauh untuk dapat menjadi bagian dari Bima Sakti.
] Pada tahun 1936 Hubble menciptakan sebuah sistem klasifikasi untuk galaksi yang masih dipergunakan hingga saat ini yakni
urutan Hubble.
Penelitian modern
Kurva rotasi
galaksi spiral biasa: perkirakan berdasarkan materi terlihat (A) dan
kecepatan teramati (B). Sumbu vertikal mewakili kecepatan rotasi dan
sumbu horizontal mewakili jarak objek dari pusat galaksi.
Pada tahun 1944,
Hendrik van de Hulst memperkirakan akan adanya radiasi
gelombang mikro dengan
panjang gelombang 21 cm yang berasal dari gas antarbintang yang berisi atom hidrogen;
radiasi ini diamati pada tahun 1951. Radiasi ini memungkinkan
penelitian yang jauh lebih baik terhadap galaksi Bima Sakti, karena
radiasi tersebut tidak terpengaruh penyerapan oleh debu antarbintang,
dan pergeseran Doppler-nya dapat digunakan untuk memetakan pergerakan
gas tersebut di dalam galaksi. Pengamatan ini mendorong terciptanya
postulat tentang
struktur batang yang berputar pada pusat galaksi.Dengan
teleskop radio yang ditingkatkan, gas hidrogen dapat juga dilacak pada galaksi-galaksi lain.
Pada tahun 1970, berdasarkan penelitian
Vera Rubin terhadap
kecepatan rotasi
gas dalam galaksi, ditemukan bahwa total massa terlihat (bintang dan
gas) tidak sesuai dengan kecepatan berputar gas tersebut. Masalah
perputaran galaksi ini dikira dapat dijelaskan dengan adanya sejumlah
besar
materi gelap yang tak terlihat.
]
Sejak tahun 1990-an,
Teleskop Angkasa Hubble
menghasilkan pengamatan yang lebih baik. Di antaranya, hasil pengamatan
dengan Teleskop Hubble membuktikan bahwa materi gelap yang hilang dalam
galaksi kita tidak mungkin pada dasarnya hanya terdiri dari
bintang-bintang redup atau kecil.
Hubble Deep Field,
sebuah foto dengan eksposur yang sangat panjang wilayah langit yang
relatif kosong, memberikan bukti bahwa terdapat kira-kira 125 miliar (
1.25×1011) galaksi di alam semesta.
] Peningkatan dalam teknologi pendeteksian
spektrum-spektrum tak kasat mata (teleskop radio, kamera inframerah, dan
teleskop sinar x)
memungkinkan pendeteksian galaksi-galaksi lain yang tidak terdeteksi
sebelumnya oleh teleskop Hubble. Secara khusus, survei galaksi dalam
zona langka galaksi (wilayah langit yang terhalang oleh Bima Sakti) berhasil menunjukkan sejumlah galaksi baru.
Jenis dan bentuk
Jenis-jenis galaksi berdasarkan sistem klasifikasi Hubble.
E merupakan tipe galaksi eliptis,
S merupakan galaksi spiral, dan
SB merupakan galaksi spiral berbatang.
Galaksi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis utama: eliptis, spiral
dan tak beraturan. Gambaran yang lebih lengkap mengenai jenis galaksi
berdasarkan bentuknya bisa didapatkan dalam
sistem klasifikasi Huble.
Karena sistem klasifikasi Hubble hanya berdasarkan pada pengamatan
visual, klasifikasi ini mungkin melewatkan beberapa karakteristik
penting dari galaksi, seperti laju pembentukan bintang (di galaksi
starburst) dan aktivitas inti galaksi (di galaksi aktif).
Eliptis
Sistem klasifikasi Hubble membedakan galaksi eliptis berdasarkan
tingkat keelipsannya, dari E0 yang hampir berupa lingkaran, hingga E7
yang sangat lonjong. Galaksi dalam kategori ini memiliki bentuk dasar
elipsoid, sehingga tampak
elips dari berbagai sudut pandang. Galaksi tipe ini tampak memiliki sedikit struktur dan sedikit
materi antarbintang, sehingga galaksi demikian memiliki sedikit
gugus terbuka dan laju pembentukan bintang yang lambat. Galaksi tipe ini didominasi oleh
bintang tua
yang beredar mengelilingi pusat gravitasi dengan arah yang acak.
Bintang-bintang dalam galaksi ini memiliki sedikit unsur-unsur berat
karena pembentukan bintang sudah berhenti setelah lonjakan awalnya.
Dalam hal tersebut, galaksi tipe ini mirip dengan
gugus bola.
Galaksi-galaksi terbesar di alam semesta berbentuk galaksi eliptis
raksasa. Kebanyakan galaksi eliptis dipercayai terbentuk akibat
interaksi antar galaksi yang menyebabkan tabrakan atau penggabungan.
Galaksi starburst merupakan akibat dari tabrakan yang demikian dan dapat menyebabkan pembentukan galaksi eliptis.
Spiral
Galaksi spiral terdiri dari sebuah piringan bintang-bintang yang berotasi, materi antarbintang, serta sebuah
tonjolan
pusat yang terdiri dari bintang-bintang tua. Selain itu, terdapat
lengan-lengan spiral terang yang menjulur dari tonjolan pusat. Dalam
sistem klasifikasi Hubble, galaksi spiral digolongkan sebagai tipe
S, diikuti sebuah huruf (
a,
b, atau
c) yang menunjukkan tingkat kerapatan dari lengan spiral dan ukuran dari tonjolan pusat. Galaksi
Sa memiliki lengan spiral yang samar dan bergulung rapat, serta tonjolan pusat yang relatif besar. Sedangkan galaksi
Sc memiliki lengan spiral yang jelas dan melebar serta tonjolan pusat yang relatif kecil.
] Galaksi spiral dengan lengan yang tidak jelas terkadang disebut galaksi spiral
flocculent. Sedang galaksi dengan lengan yang jelas dan menonjol disebut galaksi spiral
grand design.
Dalam galaksi spiral, lengannya membentuk pola seperti
spiral logaritmis, pola yang secara teoritis terbentuk karena adanya gangguan terhadap massa bintang yang berputar seragam. Dalam
teori gelombang kepadatan lengan spiral ini diperkirakan berisi materi berkepadatan tinggi.
]
Saat bintang melewati salah satu lengan galaksi kecepatannya
dipengaruhi oleh gaya gravitasi daerah yang kepadatan materinya lebih
tinggi, dan kembali normal saat bintang sudah melewatinya. Efek ini
mirip dengan "gelombang" pelambatan mobil di jalan raya yang penuh
mobil. Lengan galaksi terlihat jelas karena kepadatan materi yang tinggi
memungkinkan pembentukan bintang sehingga terdapat banyak bintang muda
dan terang di sana.
NGC 1300, contoh galaksi spiral berbatang.
Sebagian besar galaksi spiral memiliki kumpulan bintang berbentuk
batang lurus yang memanjang keluar dari sisi daerah inti dan kemudian
bergabung dengan struktur lengan spiral.
] Dalam sistem klasifikasi Hubble, galaksi ini dikategorikan sebagai
SB, dan diikuti huruf (
a,
b atau
c)
yang mengindikasikan bentuk lengan spiralnya (serupa dengan
penggolongan galaksi spiral biasa). Batang galaksi diperkirakan
merupakan struktur sementara yang disebabkan oleh gelombang materi
berkepadatan tinggi dari inti galaksi, atau karena interaksi
pasang surut dengan galaksi lain Banyak galaksi spiral berbatang yang berinti aktif, kemungkinan karena adanya gas yang menuju ke inti melalui lengan spiral.
Galaksi
Bima Sakti merupakan galaksi spiral berbatang ukuran besar dengan diameter sekitar 30 kiloparsec dan ketebalan sekitar satu kiloparsec. Bima Sakti memiliki sekitar 200 miliar (2×10
11) bintang dengan massa total sekitar 600 miliar (6×10
11) kali massa Matahari.
Bentuk lain
Galaksi ganjil (
peculiar galaxy)
merupakan galaksi yang memiliki sifat-sifat yang tidak biasa karena
interaksi pasang surut dengan galaksi lain. Contohnya adalah
galaksi cincin,
yang memiliki struktur mirip cincin berisi bintang dan materi
antarbintang yang mengelilingi inti kosong. Galaksi cincin diperkirakan
terbentuk saat galaksi kecil melewati inti galaksi yang lebih besar.
[59]
Kejadian tersebut mungkin pernah dialami galaksi Andromeda yang
memiliki beberapa struktur mirip cincin jika diamati pada spektrum
inframerah.
[60]
Galaksi lentikular
merupakan bentuk pertengahan yang memiliki sifat baik dari galaksi
eliptis maupun galaksi spiral, dan dikategorikan sebagai tipe
S0 dan memiliki lengan spiral yang samar-samar serta halo berisi bintang yang berbentuk eliptis.
[ (
Galaksi lentikular berbatang masuk dalam klasifikasi Hubble SB0).
Selain yang disebutkan dalam klasifikasi di atas, terdapat beberapa
galaksi yang tidak dapat langsung digolongkan ke dalam bentuk eliptis
atau spiral. Kelompok ini digolongkan sebagai galaksi iregular. Galaksi
iregular tipe Irr-I memiliki semacam struktur, namun tidak jelas masuk
dalam salah satu klasifikasi Hubble. Galaksi iregular tipe Irr-II tidak
memiliki struktur apapun yang mirip klasifikasi Hubble, dan kemungkinan
pernah terganggu oleh galaksi lain. Contoh terdekat galaksi (katai) iregular adalah
Awan Magellan.
Katai
Meski galaksi eliptis dan spiral terlihat sangat menonjol, namun
sepertinya sebagian besar galaksi di alam semesta merupakan galaksi
katai. Galaksi katai tampak relatif kecil jika dibandingkan dengan
galaksi lain, kira-kira hanya seperseratus dari ukuran Bima Sakti dan
hanya berisi beberapa miliar bintang. Bahkan beberapa galaksi katai
ultra-kompak baru-baru ini ditemukan yang hanya berukuran 100 parsec
panjangnya.
Beberapa galaksi katai dapat mengitari sebuah galaksi tunggal yang
lebih besar; Bima Sakti sendiri memiliki sedikitnya selusin satelit yang
demikian, dengan perkiran 300–500 lagi belum ditemukan. Galaksi katai dapat juga diklasifikasikan lagi menjadi
eliptis,
spiral, atau
tak beraturan.
Karena galaksi katai eliptis kecil hanya memiliki sedikit kemiripan
dengan galaksi eliptis besar, maka mereka lebih sering disebut
galaksi sferoid katai.
Sebuah penelitian terhadap 27 galaksi tetangga Bima Sakti, menemukan
bahwa setiap galaksi katai memiliki massa pusat kurang lebih 10 juta
massa matahari
terlepas dari apakah galaksi tersebut memiliki seribu atau sejuta
bintang. Hal ini mendorong pada kesimpulan bahwa galaksi sebagian
besarnya terdiri dari
materi gelap, dan bahwa ukuran minimumnya mungkin menunjukkan keberadaan semacam
materi gelap hangat, yang tak mampu melakukan peleburan gravitasi dalam skala kecil.